Ini Cara Belajar yang Terbukti Efektif
Anda pasti pernah dengar soal learning styles atau gaya belajar. Konsep ini terkenal di sekolah dan lembaga kursus. Katanya, setiap orang punya cara belajar favorit berdasarkan indra yang dominan:
- Visual: lebih mudah belajar dengan melihat.
- Auditori: lebih memahami melalui mendengar.
- Membaca/Menulis: lebih fokus lewat teks.
- Kinestetik: belajar melalui gerakan atau sentuhan.
Sekilas terdengar masuk akal. Itulah kenapa konsep ini cepat menyebar dan dipercaya. Namun di balik popularitasnya, para peneliti sebenarnya sudah lama mempertanyakan validitasnya.
Gak Ada Bukti Ilmiah yang Mendukung Konsep Gaya Belajar
Banyak orang percaya gaya belajar menentukan kesuksesan akademik dan karier, meskipun tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim tersebut.
"Tidak ada bukti kuat bahwa gaya belajar meningkatkan hasil belajar."
— American Psychology Association (2019)
Anda mungkin punya preferensi gaya belajar, tapi itu tidak otomatis membuat hasil belajar jadi optimal. Otak manusia adaptif, bukan robot yang hanya bisa satu mode.
Menutup Diri dari Gaya Belajar Lain
Jika Anda percaya bahwa Anda hanya cocok dengan satu gaya belajar, justru itu bisa menghambat proses belajar Anda.
Contohnya, seseorang percaya dirinya visual learner. Ia jadi kesulitan fokus jika guru tidak memakai gambar atau slide. Padahal sebenarnya ia tetap bisa belajar lewat penjelasan lisan—asal tidak menutup diri.
Kepercayaan keliru ini bisa membuat seseorang hanya terpaku pada satu gaya dan kehilangan kesempatan berkembang lewat metode lain.
Gaya Belajar Tidak Cocok untuk Semua Materi
Beberapa materi memang lebih cocok diajarkan dengan metode tertentu.
- Geografi → butuh visual seperti peta dan gambar medan.
- Grammar & Writing → dominan membaca dan menulis.
- Speaking & Listening (Bahasa Inggris) → lebih menekankan audio dan praktik langsung.
Ini menunjukkan bahwa gaya belajar tidak bisa dipaksakan ke semua jenis materi. Yang benar adalah metode belajar mengikuti sifat materinya.
Kalau Gitu, Harus Belajar dengan Cara Apa?
Ada studi besar yang meneliti teknik belajar apa yang paling efektif. Hasilnya membagi teknik belajar berdasarkan tingkat efektivitas (utility):
Utility: High
- Practice Testing – latihan soal untuk menguji pemahaman.
- Distributed Practice – belajar dengan jeda waktu agar otak memproses materi secara bertahap.
Utility: Moderate
- Elaborative Interrogation – bertanya “mengapa” dan “kenapa bisa begitu”.
- Self-explanation – menjelaskan kembali materi dengan kata-kata sendiri.
- Interleaved Practice – mencampur materi atau tipe soal saat belajar.
Utility: Low
- Summarization – merangkum isi materi.
- Highlighting – menandai teks penting.
- The Keyword Mnemonic – bikin kata unik untuk mengingat konsep.
- Imagery Use for Text Learning – membayangkan isi materi.
- Rereading – membaca ulang materi yang sama.
Penjelasan Teknik Belajar yang Terbukti Efektif
Practice Testing
Bukan hanya membaca atau mendengar, tapi benar-benar memakai informasi untuk menjawab soal. Ini bikin otak aktif mengingat dan menguatkan memori jangka panjang.
Distributed Practice
Belajar sedikit-sedikit secara teratur lebih efektif daripada sistem kebut semalam (SKS). Otak butuh jeda agar informasi terserap lebih dalam.
Elaborative Interrogation
Teknik bertanya “kenapa?” pada setiap informasi membuat materi lebih hidup dan lebih mudah dihubungkan dengan pengetahuan sebelumnya.
Self-Explanation
Mencoba menjelaskan ulang materi memastikan bahwa Anda benar-benar memahaminya. Mirip dengan Feynman Technique.
Interleaved Practice
Belajar dengan mencampur topik-topik berbeda membuat otak lebih fleksibel dan mudah mengenali pola.
Jadi, Apa Pelajaran Pentingnya?
Belajar itu bukan soal mengikuti gaya belajar favorit, tapi memilih teknik yang terbukti efektif secara ilmiah.
Teknik seperti practice testing, distributed practice, dan self-explanation jauh lebih terbukti meningkatkan pemahaman jangka panjang dibandingkan sekadar percaya pada label “saya visual learner” atau “saya auditori”.
Kesalahan terbesar dalam pendidikan adalah memaksakan konsep gaya belajar. Yang benar adalah memadukan teknik belajar sesuai sifat materi dan kemampuan otak manusia yang fleksibel.
Dengan memahami hal ini, proses belajar akan lebih efektif, lebih cepat, dan hasilnya jauh lebih baik.