Penjelasan Nepotisme dari Sudut Pandang Biologi: Naluri Lama di Dunia Modern

2025-11-04 | Aji Hardiansyah

ilustrasi nepotisme dalam sudut pandang biologi

Nepotisme adalah tindakan yang tidak adil dalam organisasi karena mengutamakan hubungan darah atau kedekatan pribadi dibanding kemampuan dan prestasi. Tapi pernahkah kamu berpikir, kenapa manusia cenderung bantu keluarga sendiri bahkan di situasi yang merugikan orang lain? Ternyata, jawabannya tidak cuma soal budaya atau moral, tapi juga soal biologi.

Naluri Lama di Tubuh Modern

Selama lebih dari 200 ribu tahun, manusia hidup dalam kelompok kecil pemburu-pengumpul yang saling bergantung untuk bertahan hidup. Peradaban modern seperti pertanian baru muncul sekitar 10 ribu tahun lalu. Artinya, hampir seluruh sejarah manusia dijalani di lingkungan yang keras dan tidak pasti, di mana keselamatan tergantung pada kerja sama dan kepercayaan antaranggota kelompok.

Di masa itu, naluri seperti melindungi keluarga, curiga terhadap orang asing, dan loyal pada kelompok sendiri menjadi kunci untuk bertahan hidup. Kalau kamu bantu saudara, peluangmu untuk hidup dan meneruskan keturunan akan meningkat. Sebaliknya, kalau kamu salah percaya pada orang luar, bisa-bisa nyawamu terancam. Naluri-naluri ini terbentuk lewat seleksi alam selama ratusan ribu tahun — bukan keputusan sadar, tapi hasil dari perilaku yang terbukti membuat manusia bisa bertahan.

Evolusi dan Mekanisme Adaptif

Evolusi bekerja lewat seleksi alam. Sifat atau perilaku yang meningkatkan peluang hidup dan reproduksi akan diwariskan ke generasi berikutnya. Proses ini tidak hanya membentuk fisik manusia, tapi juga perilaku sosialnya. Misalnya, naluri untuk membantu keluarga, takut ditinggal kelompok, atau loyal kepada orang terdekat — semua itu adalah hasil adaptasi yang terbentuk karena meningkatkan peluang bertahan hidup.

Dari sini kita bisa paham bahwa bahkan perilaku sosial yang terlihat emosional, seperti kasih sayang keluarga, sebenarnya punya akar biologis yang dalam. Tapi kalau perilaku bisa berevolusi, apa sebenarnya yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya?

Teori Gen dalam Evolusi: Dari Individu ke Gen

Richard Dawkins lewat bukunya The Selfish Gene menjelaskan bahwa yang sebenarnya berevolusi bukanlah individu, tapi gen. Gen adalah unit dasar pewarisan yang bertahan lewat proses evolusi. Gen yang menghasilkan efek positif terhadap peluang hidup dan reproduksi akan lebih sering diwariskan. Sebaliknya, gen yang merugikan akan hilang dari populasi.

Artinya, seleksi alam tidak memilih individu yang paling kuat secara fisik, tapi memilih gen yang paling efektif mempertahankan dirinya lewat perilaku dan keputusan individu tersebut. Kalau suatu perilaku membuat gen itu lebih mungkin diwariskan, maka perilaku itu pun akan terus bertahan.

Mekanisme Gen Bertahan Lewat Kerabat

Salah satu perilaku yang mendukung bertahannya gen adalah kecenderungan membantu kerabat. Dalam biologi evolusi, hal ini dikenal dengan istilah kin selection — konsep yang dijelaskan oleh Hamilton. Makhluk hidup cenderung membantu kerabatnya karena mereka berbagi sebagian gen yang sama. Jadi, saat kamu membantu saudara kandung, sepupu, atau anakmu, secara tidak langsung kamu juga membantu genmu sendiri untuk bertahan lewat tubuh orang lain.

Makin tinggi tingkat kekerabatan, makin besar kemungkinan muncul perilaku tolong-menolong. Secara rata-rata:

  • Anak dan saudara kandung berbagi gen 50%
  • Kakek-nenek dan cucu berbagi 25%
  • Sepupu berbagi 12,5%
Dari situ, bisa disimpulkan bahwa perilaku tolong-menolong di alam bukanlah soal moralitas, tapi strategi gen untuk mempertahankan diri.

Contoh di Alam

Lebah pekerja rela mati demi melindungi koloninya karena gen mereka hampir sama dengan gen sang ratu. Meerkat (mamalia kecil mirip musang) akan bergantian berjaga dari serangan predator, dan biasanya yang dijaga adalah keluarga dekatnya. Di kelompok primata seperti simpanse dan monyet, perilaku berbagi makanan atau saling merawat lebih sering dilakukan antar-kerabat.

Perilaku saling bantu di alam muncul karena seleksi alam membentuk kecenderungan untuk melindungi yang memiliki gen serupa.

Manusia dan Nepotisme Modern

Naluri untuk membantu keluarga tidak hilang ketika manusia menjadi makhluk modern. Ia hanya berubah bentuk. Kalau dulu membantu kerabat berarti berbagi makanan atau tempat aman, sekarang bentuknya bisa berupa membantu masuk kerja, mendapatkan proyek, atau naik jabatan. Dan di sinilah muncul istilah nepotisme adalah tindakan yang tidak adil dalam organisasi karena mengutamakan hubungan darah daripada kemampuan objektif.

Secara sosial, nepotisme dianggap buruk karena membuat sistem jadi tidak adil dan menutup peluang bagi orang yang lebih kompeten. Namun, secara biologis, perilaku itu punya akar evolusioner yang kuat. Makanya, meskipun kita sudah hidup di era modern dengan sistem meritokrasi, bias untuk membantu “orang dalam” tetap sering muncul tanpa disadari.

Penjelasan atau Pembenaran?

Mengetahui asal-usul biologis nepotisme bukan berarti membenarkan perilaku itu. Sains hanya membantu kita memahami akar perilaku manusia, bukan menilai benar atau salah. Kita memang punya naluri alami untuk membantu keluarga, tapi manusia juga diberi kesadaran dan akal untuk menyeimbangkan naluri dengan keadilan sosial.

Richard Dawkins menulis, “We are built as gene machines and cultured as meme machines, but we have the power to turn against our creators.” Artinya, kita memang hasil dari gen dan budaya, tapi kita bisa melampaui program naluriah itu.

Kesimpulan

Nepotisme adalah refleksi dari naluri lama manusia yang masih terbawa hingga dunia modern. Ia pernah berguna di masa lalu untuk kelangsungan hidup, tapi dalam konteks organisasi modern, ia bisa jadi sumber ketidakadilan dan merusak kepercayaan publik. Karena itu, yang kita butuhkan bukan menghapus naluri, tapi membangun sistem sosial yang kuat, transparan, dan adil untuk menyeimbangkannya.