Menambah Teknologi ke Pendidikan Belum Tentu Meningkatkan Kualitas Pendidikan

2025-11-13 13:12:46 | Aji Hardiansyah

Ilustrasi teknologi dalam dunia pendidikan modern

Kata kunci utama: latar belakang teknologi dalam pendidikan

Apa Sebaiknya yang Harus Diprioritaskan?

Selama ini, banyak pembuat kebijakan dan sekolah sibuk mengenalkan teknologi canggih ke ruang kelas: Smart TV, laptop, aplikasi, dan seterusnya. Dari luar, semua itu terdengar futuristik dan keren, seakan-akan menjadi modernisasi pendidikan.

Beli ratusan ribu smart TV untuk sekolah-sekolah di pelosok, memberi laptop untuk murid, semua dengan niat baik agar proses belajar lebih cepat, menarik, dan relevan dengan zaman.

Tapi, pertanyaan pentingnya adalah: apakah teknologi benar-benar membantu siswa belajar lebih efektif? Atau justru sebaliknya? Jika tidak, berarti kita harus kembali ke pertanyaan mendasar: fokus utama pendidikan sebenarnya harus ke mana?

Beberapa Teknologi yang Dipakai dalam Belajar

1. Presentation Hardware dan Software

Contoh: proyektor, program presentasi, smart TV, dan sebagainya. Fungsinya menampilkan materi multimedia agar siswa lebih mudah memahami dan mencatat.

2. Laptop / Notebook

Digunakan untuk mencatat, mengakses internet, mencari informasi, membuat dan menyimpan dokumen.

3. HP / Smartphone

Mirip laptop, tapi menggunakan jaringan seluler. Semua alat ini dirancang membantu proses belajar, tapi apakah benar-benar digunakan sesuai tujuannya?

Teknologi Kadang Justru Mengganggu Proses Belajar

Sebuah penelitian berjudul "More Technology, Less Learning?" mengulas bahwa meski banyak orang menganggap teknologi otomatis meningkatkan kualitas belajar, hasilnya bisa sebaliknya.

1. Minat dan Partisipasi Siswa Menurun

Banyak kampus menggunakan teknologi agar terlihat modern. Memang, siswa bisa lebih antusias, tapi sering kali mereka lebih tertarik pada teknologinya, bukan materinya.

2. Distraksi Meningkat

Beberapa kampus di AS mewajibkan penggunaan laptop di kelas, tapi hasil riset menunjukkan multitasking justru membuat otak kewalahan dan menurunkan fokus belajar.

3. Partisipasi Kelas Turun

Diskusi penting untuk berpikir kritis, tapi banyak dosen mengeluh partisipasi menurun akibat penggunaan gadget di kelas.

4. Kompleksitas Penyampaian Materi Naik

Dulu, papan tulis sederhana sangat efektif karena interaktif. Kini, proses belajar bisa ribet karena lewat banyak lapisan teknologi: program presentasi, LMS, web interaktif, hingga alat desain. Akibatnya materi bisa kehilangan fokus.

Tak Ada Satu Teknologi yang Cocok untuk Semua Kelas

Efektivitas teknologi sangat tergantung situasi. Proyektor bisa berguna di kelas besar, tapi justru mubazir di kelas kecil. Kalau dipaksakan, bisa jadi distraksi, bikin ribet guru, dan buang biaya.

Teknologi hanyalah alat bantu. Ia akan efektif jika digunakan sesuai kebutuhan nyata, bukan sekadar ikut tren digitalisasi.

Potensi Teknologi dalam Pendidikan

Teknologi tetap punya potensi besar jika digunakan dengan tepat:

  • Scalable – materi bisa diakses jutaan siswa sekaligus.
  • Personalized – adaptive learning bisa menyesuaikan level belajar siswa.
  • Accessible – daerah terpencil bisa ikut kelas online.
  • Interactive dan visual – simulasi dan VR membantu memahami konsep sulit.
  • Data-driven – guru bisa memantau perkembangan siswa lewat data.

Harus Ada Masalah yang Jelas Dulu

Robert Zemsky dari Learning Alliance for Higher Education mengingatkan bahwa banyak proyek e-learning gagal karena tidak jelas masalah apa yang ingin diselesaikan. Sekolah sering membeli teknologi mahal hanya karena tren, bukan kebutuhan.

Harusnya, identifikasi masalah dulu: apakah akses belajar sulit? apakah siswa pasif? baru tentukan teknologi yang bisa membantu masalah itu.

Guru Tetap Jadi Kunci Utama

“What we really need instead of smart classrooms is smart teachers and smart learners.” – Howard J. Strauss, Princeton University.

Masalah utama pendidikan bukan kurangnya teknologi, tapi kurangnya guru cerdas dan pembelajar aktif. Smart classroom hanyalah alat, hasil belajar tetap ditentukan oleh cara guru mengajar dan siswa belajar.

Kadang, Guru Bagus + Kapur / Spidol Sudah Cukup

Di Harvard, banyak dosen masih menggunakan papan tulis karena proses menulis di papan memberi waktu bagi siswa untuk berpikir dan bertanya.

“The process of writing on the chalkboard gives everyone time to pause, think, assimilate information, and raise questions.”

Infrastruktur Pendidikan Bukan Hanya TV dan Laptop

Sebelum berbicara teknologi, banyak sekolah masih kekurangan kebutuhan dasar:

  • Akses ke sekolah yang sulit karena jalan rusak atau transportasi terbatas.
  • Ruang kelas layak dan aman.
  • Perpustakaan dan laboratorium yang memadai.
  • Konektivitas internet dan listrik stabil.
  • Guru yang cukup, berkualitas, dan sejahtera.

Kesimpulan

Kadang kita terlalu sibuk mengejar kesan “modern”, padahal yang membuat pendidikan bermakna adalah interaksi antara guru dan siswa. Teknologi bisa membantu, tapi tanpa pedagogi yang kuat, teknologi hanya menjadi pajangan mahal di ruang kelas.