Banjir dan Longsor Bukan Sekadar Cuaca Ekstrem, Tapi Dampak Ekosistem yang Kita Rusak

2025-11-30 09:27:38 | Aji Hardiansyah

ilustrasi banjir longsor akibat ekosistem rusak

Pulau Sumatera lagi dikepung rangkaian bencana. Banjir, longsor, puting beliung, dan pohon tumbang terjadi hampir bersamaan, dengan puluhan korban meninggal dan ribuan orang terdampak.

Ini situasi yang berat. Kita semua sedang berduka serta berharap kondisi cepat membaik.

Di banyak pemberitaan, penjelasan yang paling sering muncul adalah cuaca ekstrem: hujannya terlalu besar, anginnya terlalu kencang, dan masyarakat diminta bersabar. Tapi penjelasan itu belum cukup. Untuk memahami apa saja dampak dari ekosistem yang rusak, kita harus melihat gambaran besar tentang bagaimana ekosistem bekerja.

Gimana Ekosistem Bekerja?

Untuk memahami kenapa bencana ekologi terus berulang, kita bisa lihat hukum ekologi dari Barry Commoner dalam bukunya The Closing Circle. Ada empat prinsip penting untuk memahami bagaimana sistem alam bekerja.

1. Everything Is Connected to Everything Else

Segala sesuatu saling terhubung. Setiap komponen dalam ekosistem, baik biotik maupun abiotik, saling memengaruhi.

Banjir tidak bisa dijelaskan oleh satu faktor saja. Bukan hanya karena hujan deras. Kondisi hutan, kualitas tanah, kapasitas sungai, tata ruang, hingga pola cuaca — semuanya terhubung.

Contoh alurnya:

  • Hulu hutan hilang → tanah rapuh
  • Tanah rapuh → air tidak terserap
  • Air langsung ke permukaan → sungai cepat penuh
  • Hilir terkena banjir

Satu kerusakan kecil bisa menggeser seluruh sistem dari hulu sampai hilir.

2. Everything Must Go Somewhere

Di alam, tidak ada yang benar-benar hilang. Air hujan yang turun harus diserap, dialirkan, atau ditampung.

Kalau tanah masih sehat, air masuk ke pori-pori tanah dan jadi cadangan air. Tapi kalau permukaan tanah rusak karena deforestasi atau penuh bangunan, air tidak punya tempat buat meresap dan akhirnya langsung melaju ke permukiman.

3. Nature Knows Best

Alam sudah punya keseimbangannya sendiri. Ketika manusia memodifikasi tanpa pemahaman yang cukup, hasilnya sering malah merusak.

Contoh:

Mengubah hutan menjadi kebun sawit

  • Tampak positif: nilai ekonomi meningkat
  • Dampak negatif: gangguan siklus air, hilangnya keanekaragaman hayati, degradasi tanah, dan risiko banjir meningkat

Hutan tropis menjaga keseimbangan air, tetapi deforestasi membuat air hujan sulit meresap dan alirannya melonjak tiba-tiba — inilah kenapa banjir makin sering terjadi.

4. There Is No Such Thing as a Free Lunch

Setiap sumber daya yang kita ambil punya konsekuensi. Tidak ada yang benar-benar gratis.

Menebang hutan mungkin memberi keuntungan ekonomi, tapi biayanya muncul sebagai:

  • hilangnya habitat
  • karbon lepas ke atmosfer
  • rusaknya siklus air
  • banjir dan longsor

Yang kita anggap menguntungkan sekarang, selalu punya harga yang dibayar masyarakat nantinya.

Ketimpangan Dampak dan Tanggung Jawab

Dampak kerusakan ekosistem sering muncul saat semuanya sudah terlambat. Ketika banjir, longsor, gagal panen, dan polusi muncul, sistem ekologisnya sudah terlanjur rusak.

Yang paling kena dampak justru masyarakat sekitar yang tidak ikut merusak hutan. Sementara keputusan yang merusak diambil oleh pihak-pihak yang tidak tinggal di daerah tersebut.

Ini masalah ketimpangan: yang bikin rusak belum tentu merasakan dampaknya. Yang merasakan belum tentu punya kuasa mencegahnya.

Akar Masalah Bukan Cuaca Ekstrem

Banjir dan longsor yang terjadi berulang bukan sekadar cuaca ekstrem. Akar masalahnya adalah ekosistem yang sudah kehilangan daya dukungnya.

Lingkungan tidak rusak dalam semalam. Bencana adalah akumulasi keputusan yang diambil bertahun-tahun: izin yang longgar, pengawasan lemah, dan eksploitasi yang dibiarkan.

Kesimpulan: Kalau Ekosistem Pulih, Bencana Turun

Kita harus jujur bahwa akar masalahnya ada pada cara kita memperlakukan alam. Selama ekosistem dirusak, bencana akan terus muncul dan biayanya ditanggung masyarakat.

Memulihkan ekosistem bukan pilihan — itu kebutuhan. Karena hanya dengan menjaga alam, kita bisa menurunkan risiko banjir, longsor, kekeringan, dan berbagai bencana lain yang menjadi dampak dari ekosistem yang rusak.