Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengatakan bahwa India akan memberikan bimbingan teknis untuk program makan bergizi gratis di Indonesia. Tujuannya, untuk meningkatkan kualitas layanan dan memperkuat sistem pengawasan agar program ini benar-benar bermanfaat bagi siswa-siswi di seluruh Indonesia.
Kenapa Harus India?
Dadan menjelaskan, sebelum peluncuran program ini, BGN terlebih dahulu berkunjung ke India untuk mempelajari sistem pelaksanaan di sana. India memang sudah lebih dulu menerapkan program serupa dan dinilai sukses dalam pengelolaan makan bergizi bagi siswa sekolah.
Tapi pertanyaan muncul, kenapa Indonesia perlu dibimbing oleh India? Apakah Indonesia belum mampu menjalankan sistem ini sendiri?
Masalah di Lapangan
Faktanya, di beberapa sekolah yang sudah menerima program makan bergizi gratis, muncul berbagai reaksi dari siswa. Ada yang bersyukur dan menikmati program ini, tapi ada juga yang justru membuang makanan atau bahkan memilih uangnya daripada makanannya.
Beberapa guru juga mengaku heran dengan menu yang disajikan. Beberapa siswa sekolah dasar bahkan membawa pulang makanan tersebut karena tidak cocok dengan selera. Ini menunjukkan bahwa implementasi program ini belum sepenuhnya efektif dan perlu evaluasi serius.
Program Bagus, Tapi Apakah Efektif?
Sebenarnya, program ini sangat baik karena membuka banyak lapangan pekerjaan di sektor pertanian dan peternakan. Namun, pertanyaan pentingnya: apakah program ini benar-benar memberikan manfaat bagi siswa dari sisi kesehatan dan pendidikan?
Sebagian ahli menilai bahwa makan bergizi hanyalah satu faktor kecil dari pembangunan manusia. Ada banyak hal lain yang juga berperan besar dalam meningkatkan kualitas hidup siswa.
Faktor Penentu Kualitas Hidup Siswa
- Pendidikan: Tangga utama untuk naik kelas sosial. Kalau anak dari keluarga kaya bisa sekolah di tempat bagus, sementara anak miskin hanya di tempat seadanya, jelas peluangnya timpang dari awal.
- Akses Teknologi: Bisa jadi alat penyamarataan peluang, tapi juga bisa memperlebar jurang kesenjangan. Negara dengan internet cepat dan murah punya akses pendidikan dan pekerjaan digital yang lebih luas.
Masalah Sosial di Balik Program Gizi
Program makan bergizi gratis ini juga harus diseimbangkan dengan faktor lain, terutama di era digital. Saat ini banyak siswa yang belum cukup umur sudah terpapar konten tidak pantas di media sosial. Hal ini memperparah masalah perundungan (bullying) dan perilaku sosial negatif.
Kurangnya pengawasan orang tua dan lemahnya aturan penggunaan media sosial untuk anak-anak juga menjadi tantangan tersendiri. Pemerintah seharusnya membuat regulasi yang lebih tegas agar media sosial tidak menjadi sumber kerusakan mental bagi generasi muda.
Kesimpulan
Program makan bergizi gratis yang digagas oleh Kepala Badan Gizi Nasional memang punya niat baik. Tapi kalau tidak diiringi dengan perbaikan sistem pendidikan, akses teknologi, dan keadilan sosial, hasilnya tidak akan maksimal.
Gizi yang baik memang penting, tapi membangun manusia yang sehat dan cerdas butuh fondasi yang lebih dalam: sistem sosial yang adil, lingkungan belajar yang sehat, dan kesempatan yang sama untuk semua anak.