Drama tersaji di Race 2 Red Bull Rookies Cup 2025 seri Spielberg, Austria. Veda Ega Pratama, pembalap muda asal Indonesia, sukses finis kedua pada Race 2, Minggu (17/8/2025), dan membuat bendera Merah Putih kembali berkibar di sirkuit Red Bull Ring. Prestasi ini terasa semakin spesial karena diraih tepat pada Hari Kemerdekaan Indonesia ke-80.
“Alhamdulillah saya bisa mendapatkan podium lagi, posisi 2 lagi hari ini di race kedua. Balapannya cukup sulit karena digelar pagi hari, dan temperatur sangat rendah,” ujar Veda saat diwawancara di parc ferme sebelum naik ke podium.
“Tapi saya senang. Podium hari ini sangat spesial buat saya dan untuk masyarakat Indonesia karena bertepatan dengan Hari Kemerdekaan. Podium ini untuk kalian semua masyarakat Indonesia. Terima kasih semuanya yang telah mendukung saya,” lanjutnya.
Prestasi Konsisten Veda Ega Pratama di Ajang Dunia
Nama Veda Ega Pratama sudah tidak asing lagi bagi pecinta motorsport Indonesia. Beberapa kali ia berhasil naik podium di ajang internasional, termasuk mencetak kemenangan di Sirkuit Mugello, Italia. Konsistensinya menunjukkan bahwa pembalap muda ini memiliki potensi besar untuk menembus jenjang Moto3, bahkan MotoGP di masa depan.
Sayangnya, prestasi demi prestasi itu belum diiringi dengan perhatian dan apresiasi yang layak dari pihak pemerintah Indonesia. Kritik pun muncul, karena meski prestasinya sudah mendunia, belum ada bentuk penghargaan resmi dari negara.
Minim Apresiasi, Pemerintah Dinilai Abai
Sejumlah pihak menyoroti sikap pemerintah yang seolah menutup mata terhadap pencapaian Veda. Bandingkan dengan atlet sepak bola yang kerap mendapat perhatian besar, bahkan hadiah mewah seperti jam tangan Rolex usai mengharumkan nama bangsa. Sementara Veda, yang berjuang dengan fasilitas minim, justru belum mendapat perlakuan serupa.
Kritik ini bukan sekadar sentimen semata. Jika pemerintah hanya fokus pada cabang olahraga yang populer seperti sepak bola, maka atlet-atlet potensial di cabang lain akan terus termarjinalkan. Padahal, dalam konteks ideologi Pancasila, khususnya sila ke-5 “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”, negara seharusnya berlaku adil kepada semua atlet tanpa tebang pilih.
Pemerintah vs Popularitas Olahraga
Realita di Indonesia menunjukkan bahwa olahraga kerap dijadikan alat politik. Sepak bola, dengan basis suporter yang fanatik, sering dipakai sebagai sarana pencitraan. Tidak heran, pemain diaspora Timnas yang baru bergabung bisa langsung mendapat apresiasi dari pejabat tinggi negara, karena publikasinya lebih menjual.
Di sisi lain, Veda Ega Pratama yang berjuang di panggung dunia seperti Red Bull Rookies Cup dan mengibarkan bendera Indonesia di luar negeri justru minim sorotan. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah apresiasi hanya diberikan jika ada keuntungan politik dan popularitas?
Mengabaikan Potensi Besar Motorsport Indonesia
Indonesia memiliki basis penggemar MotoGP yang besar, terbukti dari penuh sesaknya Sirkuit Mandalika saat balapan digelar. Namun, anehnya, pembalap muda potensial seperti Veda belum mendapat dukungan penuh. Padahal, jika dibina dengan baik, ia bisa menjadi duta bangsa yang membanggakan Indonesia di kancah motorsport dunia.
Minimnya fasilitas, dukungan finansial, dan perhatian pemerintah bisa menjadi hambatan serius bagi perkembangan karier Veda. Jika ini dibiarkan, bukan tidak mungkin Indonesia kehilangan talenta emas hanya karena kurangnya perhatian negara.
Keadilan Sosial dan Harapan untuk Veda
Veda Ega Pratama bukan hanya sekadar atlet muda. Ia adalah simbol dari perjuangan anak bangsa yang berusaha mengangkat nama Indonesia di kancah global. Oleh karena itu, pemerintah semestinya hadir, bukan hanya memberi apresiasi berupa simbolis, tetapi juga dukungan nyata berupa pembinaan, fasilitas, dan jaminan masa depan.
Jika pemerintah bisa begitu sigap memberi penghargaan untuk cabang olahraga yang populer, seharusnya prinsip yang sama berlaku untuk semua. Indonesia sudah merdeka selama 80 tahun, dan saatnya prinsip Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia benar-benar diwujudkan dalam setiap aspek, termasuk olahraga.
Kesimpulan: Jangan Pilih-Pilih dalam Menghargai Atlet
Prestasi Veda Ega Pratama di Red Bull Rookies Cup 2025 adalah momentum yang seharusnya tidak boleh diabaikan. Jika negara hanya fokus pada popularitas politik dan olahraga tertentu, maka potensi emas di cabang lain akan hilang begitu saja.
Saatnya pemerintah menunjukkan keberpihakan nyata dengan memberi apresiasi setara kepada semua atlet berprestasi. Jangan sampai Veda Ega Pratama, yang telah mengibarkan Merah Putih di Eropa, merasa berjuang sendirian tanpa dukungan dari negaranya.
“Merdeka 80 tahun seharusnya berarti adil bagi semua. Apresiasi tidak boleh hanya milik olahraga populer. Veda Ega Pratama layak mendapat dukungan penuh, karena ia membawa nama Indonesia di panggung dunia.”