Eks Asisten Pelatih Timnas Indonesia, Alex Pastoor, Buka Suara Usai Dipecat PSSI

2025-10-22 13:41:12 | Aji Hardiansyah

Eks Asisten Pelatih Timnas Indonesia Alex Pastoor buka suara usai dipecat oleh PSSI

Eks Asisten Pelatih Timnas Indonesia, Alex Pastoor

Eks asisten pelatih Timnas Indonesia, Alex Pastoor, buka suara setelah dirinya dipecat oleh PSSI karena Timnas Indonesia gagal lolos ke Piala Dunia 2026. Ia menilai target tersebut tidak realistis mengingat posisi Indonesia di peringkat FIFA saat itu masih di urutan 119, jauh di bawah Arab Saudi (59) dan Irak (58).

Realistis dengan Peringkat Indonesia

Pastoor menegaskan bahwa harusnya semua pihak bersikap realistis terhadap kemampuan Indonesia. "Kalau dilihat dari ranking dunia memang harus sadar diri. Tapi kalau dari sisi pemain, sekarang sudah banyak pemain diaspora dan naturalisasi yang memperkuat Timnas Indonesia," ujarnya.

Menurut pendapat saya, secara kualitas skuad saat ini sudah lebih baik dibanding beberapa tahun lalu, sehingga perlu waktu dan proses panjang untuk menyatukan permainan dan membangun tim yang solid.

Perbandingan dengan Era Shin Tae-yong

Banyak masyarakat membandingkan performa tim di bawah Patrick Kluivert dengan era Shin Tae-yong (STY). Padahal, setiap pelatih memiliki pendekatan yang berbeda. Kluivert masih dalam tahap mencoba strategi terbaik dengan beberapa rotasi pemain dan eksperimen formasi.

"Sekelas pelatih mana pun tidak akan mudah menghadapi situasi sepak bola Indonesia yang kompleks," ungkapnya. Bahkan jika Jose Mourinho melatih, proses adaptasi juga akan lama, karena membangun sistem sepak bola tidak bisa instan.

Proses Panjang Sepak Bola Indonesia

Membangun chemistry antar pemain bukan hal mudah. STY saja butuh lima tahun bekerja keras dan belum meraih gelar besar. Itu menunjukkan bahwa sepak bola Indonesia masih membutuhkan pembenahan mendasar, terutama dari segi teknik dasar dan mental bertanding.

Beberapa pelatih klub besar juga menyoroti hal serupa: pemain Indonesia sering kali masih kaku dalam passing dan cenderung ingin hasil cepat tanpa melalui proses latihan jangka panjang.

Evaluasi PSSI dan Kebijakan Pemilihan Pelatih

Yang patut menjadi perhatian adalah PSSI sebagai pengambil kebijakan tertinggi. Publik menilai keputusan memecat pelatih terlalu mendadak dan tanpa evaluasi mendalam. Padahal, membangun sepak bola nasional membutuhkan konsistensi, bukan keputusan instan.

Pemilihan pelatih asing seperti Pastoor seharusnya disertai dengan perencanaan jangka panjang, bukan hanya mengejar hasil cepat di kualifikasi Piala Dunia. Apalagi pelatih dari luar negeri perlu waktu beradaptasi dengan kultur pemain lokal dan sistem kompetisi Indonesia.

Kesimpulan: Introspeksi, Bukan Saling Menyalahkan

Jadi, daripada saling menyalahkan, semua pihak perlu introspeksi. Baik pelatih, pemain, maupun federasi perlu duduk bersama mencari solusi terbaik. Pastoor tidak sepenuhnya salah, karena ia bekerja sesuai kapasitas dan kondisi yang ada. Justru keputusan-keputusan strategis PSSI yang perlu dievaluasi agar masa depan sepak bola Indonesia lebih baik.

“Sepak bola tidak bisa dibangun dengan emosi, tapi dengan kesabaran, konsistensi, dan arah yang jelas.”