Persib Bandung Menang 2-0 Meski 10 Pemain: Dominasi di Tengah Ketimpangan Liga Indonesia

2025-10-28 12:54:47 | Aji Hardiansyah

Persib Bandung kalahkan Persis Solo 2-0 meski bermain dengan 10 pemain

Persib Bandung Menang 2-0 Meski 10 Pemain

Persib Bandung tampil luar biasa saat mengalahkan tamunya Persis Solo dengan skor meyakinkan 2-0. Kemenangan ini terasa spesial karena Maung Bandung harus bermain dengan sepuluh pemain sejak babak pertama setelah Luciano, pencetak gol pembuka, mendapatkan kartu merah dari wasit. Namun semangat dan kekompakan tim tidak luntur hingga peluit akhir dibunyikan.

Dominasi Meski Bermain dengan 10 Pemain

Statistik pertandingan menunjukkan dominasi penuh Persib Bandung. Mereka mencatatkan total 14 tembakan, jauh lebih banyak dibandingkan Persis Solo yang hanya mencatat lima tembakan. Babak pertama ditutup dengan skor 1-0 melalui gol Luciano, dan di babak kedua William Barros menambah keunggulan menjadi 2-0 setelah kerja sama apik dengan Beckham Putra. Hingga pertandingan usai, Persib tetap bermain tenang dan kompak meskipun dalam tekanan jumlah pemain yang lebih sedikit.

Naik ke Peringkat Lima Klasemen

Dengan hasil ini, Persib Bandung berhasil naik ke peringkat lima klasemen sementara. Performa mereka kini mulai konsisten setelah beberapa laga sebelumnya mengalami inkonsistensi. Namun di balik kemenangan ini, ada pertanyaan besar yang muncul tentang arah kebijakan liga Indonesia yang kini semakin bergantung pada pemain asing.

Ketimpangan Regulasi Pemain Asing

Saat ini, regulasi Liga Indonesia memperbolehkan setiap klub memiliki hingga 11 pemain asing. Aturan ini tampak menguntungkan bagi klub besar seperti Persib Bandung, yang memiliki finansial kuat dan manajemen stabil. Namun, bagi klub-klub kecil, kebijakan ini bisa menjadi beban karena mereka kesulitan merekrut pemain asing dengan gaji dan harga tinggi.

Beberapa klub bahkan masih memiliki masalah tunggakan gaji, dan kondisi ini memperlihatkan ketimpangan nyata antara klub besar dan kecil. Regulasi ini seolah memberi panggung lebih besar kepada klub-klub kaya, sementara klub kecil berjuang keras untuk sekadar bertahan di kompetisi.

Pemain Asing Menguasai, Pemain Lokal Terpinggirkan

Situasi ini juga berdampak langsung pada perkembangan pemain lokal Indonesia. Jika setiap klub didominasi pemain asing, maka kesempatan pemain lokal untuk berkembang di level liga semakin menipis. Bahkan di tim nasional pun, persaingan semakin berat bagi pemain-pemain muda lokal.

Banyak pihak menilai PSSI dan penyelenggara liga belum memberikan fasilitas dan perlindungan yang cukup bagi pemain lokal. Padahal, jika dibandingkan dengan negara lain seperti Jepang atau Uzbekistan, mereka justru sangat mendukung pemain muda dengan program pelatihan, kompetisi antarsekolah, hingga dukungan penuh dari pemerintah dan sektor swasta.

Politik dan Kepentingan di Balik Sepak Bola Nasional

Tidak bisa dipungkiri, sepak bola Indonesia sering kali terseret dalam kepentingan politik. Ada anggapan bahwa kebijakan PSSI yang mendukung pemain asing berlebihan ini bisa saja untuk membangun popularitas menjelang tahun politik, seperti menuju Pilpres 2029. Popularitas sepak bola dijadikan panggung citra bagi para petinggi olahraga dan politikus.

Akibatnya, pemain lokal kesulitan berkembang bukan hanya karena keterbatasan fasilitas, tetapi juga karena sistem yang belum adil. Padahal, sepak bola seharusnya menjadi wadah pembinaan bakat, bukan ajang kepentingan sesaat.

Belajar dari Jepang dan Uzbekistan

Jika ingin maju, Indonesia perlu mencontoh sistem pembinaan sepak bola di Jepang. Negara tersebut bukan hanya mendukung lewat infrastruktur, tetapi juga melalui kompetisi rutin antarsekolah yang bahkan ditonton puluhan ribu penonton. Pemerintah, swasta, dan masyarakat bahu membahu menciptakan ekosistem sepak bola yang sehat dan berkelanjutan.

Hal serupa juga terjadi di Uzbekistan, yang kini mampu melahirkan generasi pemain muda berbakat karena adanya dukungan penuh negara. Indonesia seharusnya bisa melakukan hal yang sama agar sepak bola tidak hanya jadi tontonan, tapi juga jadi kebanggaan nasional.

Penutup: Keadilan untuk Semua Klub dan Pemain

Sepak bola Indonesia seharusnya menjunjung tinggi sila kelima Pancasila: Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Bukan hanya keadilan bagi klub besar, tapi juga untuk klub kecil dan pemain lokal yang berjuang mengharumkan nama bangsa. Kemenangan Persib Bandung patut diapresiasi, namun jangan sampai kemenangan di lapangan menutupi ketimpangan yang terjadi di balik layar.

Harapan terbesar kini ada pada perubahan nyata dari PSSI dan pemerintah agar sepak bola benar-benar menjadi milik rakyat, bukan alat politik atau bisnis semata.